Friday, November 28, 2025

Review Film Legenda Kelam Malin Kundang


FILM Legenda Kelam Malin Kundang menghadirkan reinterpretasi berani terhadap salah satu cerita rakyat paling populer di Indonesia. Alih-alih mengulang kisah klasik tentang anak durhaka yang dikutuk menjadi batu, film ini membawa legenda tersebut ke ranah psikologis dan misteri yang mencekam.

Film mengikuti Alif (Rio Dewanto), seorang micro painter yang baru pulih dari kecelakaan dan kehilangan sebagian ingatannya. Hidupnya mendadak goyah ketika seorang perempuan muncul dan mengaku sebagai ibunya, sosok yang sama sekali tidak ia ingat, meski ia telah meninggalkannya 18 tahun lalu. Dari lorong-lorong Jakarta yang sumpek hingga memorabilia yang tersebar dalam karya-karyanya, Alif terseret ke dalam rahasia masa lalu yang kelam dan traumatis.

Dibuat oleh duet sutradara pendatang baru Kevin Rahardjo dan Rafki Hidayat, serta ditulis oleh Aline Djayakusuma dan Joko Anwar, film ini menampilkan jajaran pemain: Rio Dewanto, Faradina Mufti, dan Vonny Anggraini. Di bawah produksi Joko Anwar dan Tia Hasibuan, premis klasik Malin Kundang dibentuk ulang menjadi drama misteri psikologis yang segar dan relevan.

BACA JUGA:  HBO Umumkan Pemeran Serial Harry Potter, Siap Tayang 2026

Rio Dewanto berperan sebagai Alif yang berprofesi sebagai pelukis mikro dalam film Legenda Malin Kundang. Foto: YouTube Come And See Pictures

Salah satu aspek menarik adalah bagaimana film ini mengolah simbol batu dari legenda aslinya. Batu tidak hanya menjadi medium micro painting Alif, tetapi juga metafora atas kondisi psikologisnya; keras, diam, menyimpan ingatan namun tak mampu berbicara. Kondisi Alif pascakecelakaan membuatnya seperti “hidup sebagai batu”: ia merasakan emosi dan kepedihan, tetapi tidak mampu mengingat asal-usulnya.

Pemilihan profesi micro painter juga bukan sekadar karena unik atau menarik. Seniman yang melukis dalam medium kecil bekerja dengan detail yang hanya dapat dilihat oleh sedikit orang, sebuah simbol yang paralel dengan Alif, yang selama ini menyembunyikan luka dan rahasia di balik permukaan hidupnya yang tampak sukses.

Walau bukan film horor, nuansa mencekam dibangun dengan efektif. Skoring yang meresahkan, ritme yang menegangkan, serta adegan-adegan penuh isyarat menjadikan penonton terus berada dalam mode waspada. Duo sutradara Kevin dan Rafki juga menyelipkan kritik sosial secara subtil melalui visualisasi kota dan desa, memperlihatkan jurang kelas yang masih membayangi banyak kisah keluarga Indonesia. Meski kini hidup mapan di kota, Alif tetap berasal dari perkampungan yang membentuk masa kecil dan latar belakangnya.

BACA JUGA:  Peringati Bulan Bakti, RSBP Batam Berikan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar - batamstraits.com

Legenda Kelam Malin Kundang berhasil memberikan wajah baru pada folklore klasik, lebih intim, lebih gelap, dan lebih manusiawi. Sebuah reinterpretasi yang berani dan menyegarkan untuk cerita yang selama ini hanya dikenal sebagai dongeng anak durhaka.

Film Legenda Kelam Malin Kundang tayang di bioskop mulai Kamis, 27 November 2025.



Source link

Berita Lainnya

Berita Populer

spot_img