MIMBARKEPRI.CO, Bandung – Seniman Lini Natalini Widhiasi memutuskan untuk beralih dari media kanvas ke logam sejak tahun 2000. Keputusan ini diambil setelah ia merasa membutuhkan sesuatu yang “limitless and borderless”, tanpa batas dan bisa berkembang dalam seni lukisnya.
“Saya merasa butuh sesuatu media yang limitless dan borderless, tanpa batas dan bisa berkembang,” ujar Lini saat pembukaan pameran tunggalnya di Selasar Pavilion Bandung, Jumat malam (29/11).
Lini menampilkan tujuh karya dalam pameran tunggalnya bertajuk “Revival”. Karya-karyanya menggunakan logam seperti baja dan lempengan aluminium yang ditebuk, dilipat, digetuk, hingga memunculkan tekstur serta gambar yang membentuk relief.
Lini yang lahir pada tahun 1964 telah menunjukkan bakat seninya sejak usia 4 tahun. Ia pernah mencoba menempuh pendidikan seni di Institut Teknologi Bandung (ITB), namun tidak diterima karena panitia seleksi menilai bahwa ia sudah berkembang dan khawatir akan tergerus di ITB.
Lini kemudian menekuni dunia psikologi dan menikah sebelum lulus kuliah pada 1988. Ia kemudian menghentikan aktivitas seninya selama menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak. Setelah anak-anaknya besar, ia kembali melukis, namun merasa tak puas dengan dunia dua dimensi.
“Dunia dua dimensi rasanya seperti kurang, terbatas secara permukaan dan luasnya,” ujar Lini. Ia kemudian mencoba berbagai bahan seperti fiberglass, memahat kayu, dan grafir, namun masih belum puas.
Ketika mendapat pesanan karya, ia tertarik dengan bahan alumunium. Lini bekerja sama dengan pembuat dandang atau panci. Sejak saat itu, ia bisa mengembangkan ekspresinya dalam seni lukis berbahan alumunium. Karya-karya tersebut kemudian dipajang secara tunggal di Galeri Nasional Indonesia di Jakarta pada 4 September hingga 3 Oktober 2024 dengan judul “Infinity Yin Yang”. (*)